Minggu, 20 Mei 2012

Tak Ada Biaya Untuk Kuliah, Coba Beasiswa Bidik Misi Ini

Bidikmisi adalah program bantuan biaya pendidikan yang diberikan Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mulai tahun 2010 kepada mahasiswa yang memiliki potensi akademik memadai dan kurang mampu secara ekonomi.

Bidikmisi merupakan program 100 Hari Kerja Menteri Pendidikan Nasional yang dicanangkan pada tahun 2010. Perguruan tinggi yang mendapat bantuan Bidikmisi yaitu perguruan tinggi di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama. Pada tahun 2011 mahasiswa baru penerima Bidikmisi bertambah menjadi 30.000 di 117 perguruan tinggi negeri dengan adanya tambahan anggaran dari APBN-Perubahan. Pada tahun 2012 ini Bidikmisi dilanjutkan dikembangkan menjadi 30.000 calon mahasiswa penerima yang diselenggarakan di 87 perguruan tinggi negeri dibawah Kemdikbud dan program Bidikmisi yang dikelola oleh Kementerian Agama.

Program ini mempunyai misi untuk menghidupkan harapan bagi masyarakat kurang mampu dan mempotensi akademik memadai untuk dapat menempuh pendidikan sampai ke jenjang pendidikan tinggi.
Bantuan yang diberikan dalam program ini terdiri atas Bantuan biaya hidup yang diserahkan kepada mahasiswa sekurang-kurangnya sebesar Rp600.000,00 (enam ratus ribu rupiah) per bulan yang ditentukan berdasarkan Indeks Harga Kemahalan daerah lokasi PTN dan Bantuan biaya penyelenggaraan pendidikan yang dikelola PTN sebanyak-banyaknya Rp2.400.000,00 (dua juta empat ratus ribu rupiah) per semester per mahasiswa.

Persyaratan beasiswa Bidik Misi 2012
  • Siswa SMA/SMK/MA/MAK atau bentuk lain yang sederajat yang akan lulus pada tahun 2012;
  • Lulusan tahun 2011 yang bukan penerima Bidikmisi dan tidak bertentangan dengan ketentuan penerimaan mahasiswa baru di masing- masing PTN;
  • Usia paling tinggi pada saat mendaftar adalah 21 tahun;
  • Kurang mampu secara ekonomi sebagai berikut:
    1. Pendapatan kotor gabungan orangtua/wali sebesar-besarnya Rp3.000.000,00 setiap bulan;
    2. Pendapatan kotor gabungan orangtua/wali dibagi jumlah anggota keluarga sebesar-besarnya Rp600.000,00 setiap bulannya; dan
    3. Pendidikan orang tua/wali setinggi-tingginya S1 (Strata 1) atau Diploma 4.
  • Untuk peserta seleksi SNMPTN Ujian Tulis dan Seleksi Mandiri harus memiliki potensi akademik memadai, yaitu masuk dalam 30% terbaik di sekolah (semester 4 dan 5 bagi yang akan lulus tahun 2012 atau semester 5 dan 6 bagi lulusan tahun 2011);
  • Khusus SNMPTN jalur undangan hanya diperuntukkan bagi yang akan lulus tahun 2012 serta memiliki prestasi akademik tinggi dan konsisten berdasarkan pemeringkatan oleh Kepala Sekolah, yaitu masuk di dalam peringkat terbaik di sekolah yang sama pada semester 3, 4 dan 5 dengan ketentuan berdasarkan akreditasi (akreditasi sekolah untuk SMA dan MA atau akreditasi jurusan/bidang keterampilan untuk SMK dan MK), dengan rincian sebagai berikut:
    1. Akreditasi A: 50% terbaik dan konsisten di semester 3, 4 dan 5;
    2. Akreditasi B: 30% terbaik dan konsisten di semester 3, 4 dan 5;
    3. Akreditasi C: 15% terbaik dan konsisten di semester 3, 4 dan 5;
    4. Lainnya: 5% terbaik dan konsisten di semester 3, 4 dan 5.
  • Pertimbangan khusus diberikan kepada pendaftar yang memenuhi persyaratan 1 s.d. 6, serta mempunyai prestasi ko-kurikuler maupun ekstra kurikuler paling rendah peringkat ke-3 di tingkat kabupaten/kota atau prestasi non kompetitif lain yang tidak ada pemeringkatan (contoh ketua organisasi siswa sekolah/OSIS);
  • Potensi akademik dan prestasi yang dimaksud pada butir 5 dan 6 dinyatakan dengan surat rekomendasi Kepala Sekolah/Madrasah atau Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota sesuai dengan Lampiran 2;
  • Pendaftar difasilitasi untuk memilih seleksi nasional dan/atau seleksi mandiri apabila mendaftar ke:
    1. Semua jenis seleksi nasional (SNMPTN Undangan dan/atau Ujian Tulis);
    2. Seleksi mandiri di 1 (satu) PTN dengan 2 (dua) program studi pilihan
  • Memiliki kesehatan yang memadai sehingga tidak mengganggu kelancaran proses pembelajaran di perguruan tinggi;
  • Tidak buta warna bagi program studi tertentu. 

 *Pedoman dan prosedur pendaftaran Bidikmisi bisa dilihat langsung pada http://bidikmisi.dikti.go.id/portal/?p=1

*Untuk mendaftar secara Online http://daftar.bidikmisi.dikti.go.id/
sumber: infoSumbar

Semua Akan Memasuki Neraka ?

(Oleh: Ustadz ‘Ashim bin Musthafa, Lc.)
Allâh Ta'ala berfirman:
“Dan tidak ada seorang pun di antara kamu yang tidak mendatanginya (neraka).
Hal itu bagi Rabbmu adalah suatu ketentuan yang sudah ditetapkan.
Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa
dan membiarkan orang-orang zhalim di dalam (neraka) dalam keadaan berlutut.”
(Qs Maryam/19: 71-72)

Penjelasan dari Ayat
Ayat ini (ayat pertama) merupakan kabar berita dari Allâh Ta'ala kepada seluruh makhluk, baik orang-orang yang shaleh ataupun durhaka, Mukminin maupun orang kafir. Setiap orang akan mendatangi neraka. Ini sudah menjadi ketentuan Allâh Ta'ala dan janji-Nya kepada para hamba-Nya. Tidak ada keraguan tentang terjadinya peristiwa itu dan Allâh Ta'ala pasti akan merealisasikannya.

Yang perlu diketahui, Ulama ahli tafsir berbeda pendapat mengenai pengertian kata al-wurûd (mendatangi neraka) dalam ayat tersebut. Sebagian Ulama menyatakan, maksudnya neraka dihadirkan di hadapan segenap makhluk, sehingga semua orang akan merasa ketakutan. Setelah itu, Allâh Ta'ala menyelamatkan kaum muttaqîn (orang-orang yang bertakwa). Atau menurut penafsiran yang lain, semua makhluk akan memasukinya. Akan tetapi bagi kaum Mukminin meskipun mereka memasukinya, neraka akan menjadi dingin dan keselamatan bagi mereka. Di samping itu, terdapat penafsiran lain yang memaknai kata al-wurûd dengan mendekati neraka. Dan ada pula yang menafsirkan bahwa maksudnya adalah panas badan yang dialami kaum Mukminin saat menderita sakit panas.

Syaikh ‘Abdul Muhsin menyatakan bahwa penafsiran paling populer mengenai ayat di atas ada dua pendapat. Pertama, semua orang akan memasuki neraka, akan tetapi kaum Mukminin tidak mengalami bahaya. Kedua, semua orang akan melewati shirâth (jembatan) sesuai dengan kadar amal shalehnya. Jembatan ini terbentang di atas permukaan neraka Jahannam. Jadi, orang yang melewatinya dikatakan telah mendatangi neraka. Penafsiran ini dinukil Ibnu Katsîr rahimahullâh dari Ibnu Mas’ûd radhiallâhu'anhu.

Dari dua pendapat ini, Imam Ibnul Abil ‘Izzi rahimahullâh (wafat tahun 792 H) memandang bahwa pendapat kedua itulah yang paling kuat dan râjih.

Beliau berkata,
“Ulama tafsir berbeda pendapat mengenai pengertian al-wurûd dalam firman Allah Surat Maryam ayat 71, manakah pendapat yang benar? Pendapat yang paling jelas dan lebih kuat adalah melintasi shirâth.”
Untuk menguatkan pendapat ini, Imam Ibnul Abil ‘Izzi rahimahullâh berhujjah dengan ayat selanjutnya (Qs Maryam/19:72) dan hadits riwayat Imam Muslim rahimahullâh dalam kitab Shahihnya no. 6354.

Imam Muslim rahimahullâh meriwayatkan dengan sanadnya dari Umm Mubasysyir radhiallâhu'anha, ia mendengar Nabi Shallallahu 'Alaihi Wassallam bersabda saat berada di samping Hafshah radhiallâhu'anha,
“Tidak ada seorang pun dari orang-orang yang telah berbaiat di bawah pohon (ikut serta dalam perjanjian Hudaibiyah, red) yang akan masuk neraka”.
Hafshah (dengan merasa heran) berkata,
“Mereka akan memasukinya wahai Rasulullah”.

Nabi Shallallahu 'Alaihi Wassallam pun menyanggahnya. Kemudian Hafshah radhiallâhu'anha berdalil dengan membaca ayat di atas (Qs Maryam/19: 71).

(Mendengar ini) Nabi Shallallahu 'Alaihi Wassallam kemudian (mendudukkan masalah seraya) bersabda:
“Sungguh Allah telah berfirman setelahnya: Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang zhalim di dalam (neraka) dalam keadaan berlutut)”.
(Qs Maryam/19: 72)

Usai mengetengahkan hadits di atas, Imam Ibnu Abil ‘Izzi rahimahullâh mengatakan bahwa Beliau (Rasulullah) Shallallahu 'Alaihi Wassallam mengisyaratkan (dalam hadits tersebut) bahwa maksud al-wurûd (mendatangi neraka) tidak mesti memasukinya.

Selamatnya (seseorang) dari mara bahaya tidak mesti ia telah mengalaminya. Seperti halnya seseorang yang dikejar musuh yang hendak membunuhnya, namun musuh tidak sanggup menangkapnya, maka untuk orang yang tidak tertangkap ini bisa dikatakan Allah telah menyelamatkannya.

Sebagaimana Allâh Ta'ala berfirman yang artinya:
  • "Dan ketika adzab Kami datang, Kami selamatkan Hûd..." (Qs. Hûd /11:58),
  • "Maka ketika keputusan Kami datang, Kami selamatkan Saleh..." (Qs. Hûd /11:66),
  • "Maka ketika keputusan Kami datang, Kami selamatkan Syu’aib..." (Qs. D /11:94).

Siksa Allâh Ta'ala tidak ditimpakan kepada mereka, akan tetapi menimpa orang selain mereka. Jika tidak ada faktor-faktor keselamatan yang Allâh Ta'ala anugerahkan bagi mereka secara khusus, niscaya siksa akan menimpa mereka juga. Demikian pula pengertian al-wurûd (mendatangi neraka), maksudnya adalah orang-orang akan melewati neraka dengan melintasi shirâth, kemudian Allâh Ta'ala menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang zhalim di neraka dalam keadaan berlutut”

Senada dengan keterangan di atas, sebelumnya Imam Nawâwi rahimahullâh (wafat tahun 676 H) pun merâjihkan arti kata al-wurûd adalah menyeberangi shirâth. Beliau rahimahullâh berkata saat menerangkan hadits Umm Mubasysyir radhiallâhu'anha:
“Yang benar, maksud al-wurûd (mendatanginya) dalam ayat (Qs Maryam/19:71) adalah melewati shirâth. Shirâth adalah sebuah jembatan yang terbentang di atas neraka Jahanam. Para penghuni neraka akan terjatuh ke dalamnya. Sementara selain mereka akan selamat”.
Dalam kitab al-Jawâbuss Shahîh (1/228), Syaikhul Islâm Ibnu Taimiyah rahimahullâh juga merâjihkan bahwa pengertian al-wurûd adalah menyeberangi shirâth.

Syaikh Abu Bakar al-Jazairi hafizhahullâh juga memilih pendapat ini dalam tafsirnya.

Orang-orang yang Bertakwa Selamat Melintasi Shirâth

Allâh Ta'ala menyelamatkan orang-orang yang bertakwa kepada-Nya sesuai dengan amal mereka. Amal shaleh akan sangat berpengaruh dalam proses melewati shirâth. Semakin banyak amal shaleh seseorang di dunia, maka ia akan semakin cepat menyeberanginya.

Syaikh as-Sa’di rahimahullâh mengatakan:
“Orang-orang menyeberanginya sesuai dengan kadar amaliahnya (di dunia). Sebagian melewatinya secepat kedipan mata, atau secepat angin, atau secepat jalannya kuda terlatih atau seperti kecepatan larinya hewan ternak. Sebagian (menyeberanginya) dengan berlari-lari, berjalan atau merangkak. Sebagian yang lain tersambar dan terjerumus jatuh di dalam neraka. Masing-masing sesuai dengan kadar ketakwaannya. “

Sebagaimana Allâh Ta'ala berfirman yang artinya
“Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa (kepada Allah Ta'ala dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya) dan membiarkan orang-orang zhalim (yang menzhalimi diri mereka sendiri dengan kekufuran dan maksiat) di dalam (neraka) dalam keadaan berlutut.”
Semoga Allâh Ta'ala dengan Rahmat dan Kasih-Nya berkenan menyelamatkan kita sekalian dari neraka.

Pelajaran Dari Ayat
  • Mengandung penetapan kewajiban mengimani keberadaan neraka.
  • Penetapan kewajiban mengimani shirâth.
  • Penetapan kepastian menyeberangi jembatan di atas neraka.
  • Ketetapan Allâh Ta'ala pasti terjadi.
  • Orang-orang bertakwa akan selamat dari siksa neraka.
  • Orang-orang fâjir (berbuat jahat) akan binasa karena kesyirikan dan maksiat mereka.

Wallâhu a’lam.

(Majalah As-Sunnah Edisi 09/Thn. XIII/Dzulhijjah 1430H/Desember 2010M)

Jumat, 04 Mei 2012

OASE IMAN... nasehat untk para pejuang.......

Tengoklah potret seorang Mushab bin Umair. Awalnya ia kaya raya, fisiknya terawat oleh pakaian bagus, parfum mahal, dan penghasilan mapan, berasal dari keluarga bangsawan, sangat gagah, dan menjadi idola para wanita di masanya. Setelah ia masuk Islam, tak ada penyesalan sedikitpun di hatinya meski harus meninggalkan serba kemewahan dan kasih sayang orang tuanya. Ia tak mengeluh: ia tersenyum dengan wajahnya yang bersinar… meski dengan pakaian compang-camping, meski tanpa parfum itu, meski diusir orang tuanya hanya karena ada iman dalam hatinya, meski title bangsawan itu dilepasnya… iman terlalu indah jika dibandingkan dengan semua itu di hatinya! Kelak surga yang menjadi jawaban kesabaran jasad yang koyak pada perang Uhud sebagai pemegang panji kaum muslimin.

Kisah qta memang masih jauh dari Mush’ab. Akan tetapi, aku melihatnya dari kesungguhan kalian pagi itu, siang itu, dan sore itu, bahkan malam itu. Kalian luangkan waktu untuk ke kampus dan memberi manfaat untuk ade2 qta. Padahal di waktu yang sama yang lain mungkin sedang menikmati waktu istirahatnya. Kalian diam-diam menginfaqkan harta. Padahal di waktu yang sama harta itu bisa saja kalian pergunakan untuk membeli barang yang kalian inginkan. Kalian sumbangkan tenaga untuk memikirkan rencana serta mengevaluasi. Padahal di waktu yang sama kalian masih harus mengurusi akademik yang tak mengenal interupsi. Kalian berusaha meyakinkan orang tua dengan jalan yang kalian pilih untuk tak melepas da’wah ini.

Setiap teringat akan pengorbanan kalian, air mataku menetes. Sungguh da’wah takkan pernah kehilangan pejuangnya. Apa itu da’wah? da’wah bukan terorisme, da’wah bukan kebencian, da’wah bukan kecurigaan… Sederhanya bagi qta adalah mengajak teman-teman qta untuk shalat, mempelajari Islam bersama, dan memberi manfaat yang lebih luas untuk masyarakat. Entah berapa banyak yang telah melupakan shalatnya, entah berapa banyak yang melupakan identitasnya sebagai muslim bahkan tak tahu identitas muslim itu seperti apa, entah berapa banyak yang lupa bahwa memberi manfaat di dunia adalah untuk mendapat manfaat di akhirat… dan kuharap kita tetap menjadi objek sekaligus subjeknya, bukan hanya objek semata.

Menjadi objek sekaligus subjek? tak mungkin pula qta hanya menjadi subjeknya karena qta pun pasti tak luput dari khilaf dan maksiyat.
luruskan niat sebab lurusnya niat akan memudahkan progress qta! Da’wah ini bukan untuk siapa-siapa, melainkan untuk qta sendiri. Jagalah Allah di hati saat memperjuangkannya dan teruslah bertanya dan bertanya, “Apakah Allah ridha? Apakah ini untuk mendapatkan ridhaNya? Apakah yang diserukan murni tentangNya?” kita pasti sangat menyesal saat menyadari da’wah berjalan lambat saat prinsip ini jauh dari sempurna dalam hati..wallahualam bishawab..

MANFAAT DOA SEBELUM TIDUR

Suatu ketika sahabat Al-Bara’ bin ‘Azib –radhiyallahu ‘anhuma- berkata: “Bersabda kepadaku Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam:

قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وَضُوءَكَ لِلصَّلَاةِ ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الْأَيْمَنِ وَقُلْ اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ نَفْسِي إِلَيْكَ وَفَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ وَأ...َلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ رَهْبَةً وَرَغْبَةً إِلَيْكَ لَا مَلْجَأَ وَلَا مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ فَإِنْ مُتَّ مُتَّ عَلَى الْفِطْرَةِ فَاجْعَلْهُنَّ آخِرَ مَا تَقُولُ فَقُلْتُ أَسْتَذْكِرُهُنَّ وَبِرَسُولِكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ
قَالَ لَا وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ (البخاري)

“Apabila kamu mendatangi tempat tidurmu, maka berwudhulah seperti kamu hendak melakukan sholat. Kemudian berbaringlah di atas bagian tubuh yang kanan. Lalu ucapkanlah:

Allahumma aslamta nafsii ilaika,
wa fawwadhtu amrii ilaika,
wa alja'tu zhahrii ilaika,
rahbatan wa raghbatan ilaika,
laa malja a wa laa manjaa minka illa ilaika,
aamantu bikitaabikalladzi anzalta,
wa binabiyyikalladzi arsalta

”Ya Allah, aku menyerahkan diriku kepadaMu, aku menyerahkan urusanku kepadaMu, aku menyandarkan punggungku kepadaMu, karena senang dan takut. Tidak ada tempat perlindungan dan penyelamatan dariMu kecuali kepadaMu. Aku beriman kepada kitab yang telah Engkau turunkan, dan Nabi yang telah Engkau utus.”

Apabila kamu meninggal dunia, maka kamu meninggal dalam keadaan fitrah. Dan jadikanlah ia ucapan terakhirmu.” (HR Bukhary 19/372)

Subhanallah... Ini merupakan suatu amalan yang sungguh ringan namun berbobot. Bayangkan, dengan membaca doa seperti di atas, maka seseorang jika dalam tidurnya menemui ajalnya ia akan dinilai Allah subhaanahu wa ta’aala sabagai mati dalam keadaan fitrah. Berarti ia mati dalam keadaan semua dosanya diampuni Allah sebagaimana keadaannya saat ia pertama kali dilahirkan oleh ibunya.

قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ (البخاري)

Bersabda Nabi shollallahu ’alaih wa sallam:”Tiap-tiap yang lahir dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orangtunyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR Bukhary 5/182)

(1) Pertama, ajaran Islam tidak membenarkan konsep ”dosa warisan”. Islam memandang bahwa bayi yang baru lahir, siapapun dia, adalah lahir dalam keadaan fitrah, bersih, suci tanpa dosa apapun. Islam tidak mengakui istilah ”anak haram”. Kalaupun ada anak yang lahir dari perzinaan, maka yang haram atau dosa adalah perbuatan kedua orang yang telah berzina tersebut, bukan si bayi. Maka sungguh beruntunglah orang yang saat meninggal dinilai sebagai meninggal dalam keadaan fitrah, bersih, suci tanpa dosa. Berarti ia akan menerima ganjaran semata dari berbagai perbuatan baik yang telah dikerjakannya di dunia. Sedangkan ia tidak terlibat dalam dosa apapun yang menyebabkan dirinya patut menerima hukuman atau siksa di akhirat. Kecuali bila ia mempunyai kesalahan terhadap sesama hamba Allah atau manusia. Maka tentu ini tetap bakal diproses oleh Allah subhaanahu wa ta’aala. Dan tentunya, Allah tidak akan menzalimi siapapun.

(2) Kedua, Islam memandang bahwa pada saat seseorang sedang tidur berarti ruhnya berpisah dari badannya. Maka saat ia bangun dari tidurnya berarti Allah berkenan mengembalikan ruh ke dalam jasad orang itu. Namun jika Allah berekehendak lain tentu Dia berhak menahan ruh orang itu untuk selamanya sehingga tidak kembali ke badannya. Dan inilah yang disebut dengan peristiwa kematian. Seorang mu’min yang mengerti dan meyakini konsep ini tentu tidak akan berangkat tidur begitu saja tanpa mempersiapkan kemungkinan dirinya tak bakal bangun lagi untuk selamanya, yakni meninggal dunia alias mati.

اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَى إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (الزمر)

“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.”(AzZumar 42)

Maka ketika Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam memberitahu kita bagaimana cara terbaik mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan ajal menjemput saat sedang tidur, sudah sepatutnya kita patuh menjalankannya dengan penuh rasa syukur.... Alhamdulillah.-

Mampukah aku menjadi WANITA SHOLIHAH???

Mampukah aku menjadi seperti SITI KHADIJAH???
Agung cinta-Nya kepada Allah dan Rasulullah
Hartanya diperjuangkan di jalan fisabilillah
Penawar hati kekasih Allah
Susah dan senang rela bersama


Dapatkah kudidik jiwa ini seperti SITI AISYAH???Istri Rasul yang bijak
Pendorong saat kesusahan dan penderitaan


Mengalir air mataku melihat pengorbanan
Seorang putrid sholihah, SITI FATIMAH
Selalu menuruti perintah taat kepada ayahnya
Yang senantiasa berjuang
Tiada memiliki harta dunia
Layaklah dia sebagai wanita penghuni syurga


Ketika aku marah
Inginku titip serpihan sabar dari catatan hidup SITI SARAH!!!
Tabah jiwaku mampukah setabah Ummi Nabi Ismail???
Menggendong bayinya yang masih merah
Mencari air penghilang dahaga di terik padang pasir
Pengharapannya hanya pada Allah SWT
Itulah SITI HAJAR!!!


Mampukah aku menjadi WANITA SHOLIHAH???
Hati dalam keunggulan iman
Bersinar indah.. harum tersebar
Bagai wanginya pusara MASYITOH


Aku hanya ingin menjadi seorang wanita MUSLIMAH SEJATI
Selalu membawa maslahat
Selembut KHADIJAH
Secerdas AISYAH
Semulia UMMU SALAMAH
Secemerlang FATIMAH
Sesantun ZAINAB
Setegar ASMA
Setangguh KHAULAH


AMIN…

#copas dari seorang sahabat

Minggu, 29 April 2012

Langkah-langkah menuju Kampus Madani

Kampus yang dapat dikatakan sebagai kampus madani adalah kampus yang di dalamnya ada masyarakat yang hidup dengan nilai-nilai islam yang lurus. Masyarakat yang dimaksud adalah semua orang yang berada di dalam kampus baik mahasiswa, dosen, rektor, pelayan, dan sebagainya. Setelah masyarakatnya, kampus madani juga mampu mewujudkan pemerintahan kampus yang berdaulat (demokratis-aspiratif, kreatif dan berdaya) sesuai dengan nilai-nilai Islam.

A. Ada empat langkah dalam membangun kampus madani:

1. Mihwar Tanzimi
Membangun oraganisasi yang kuat, solid, sebagi kekuatan utama yang akan mengoperasikan dakwah (afiliasi). Ini merupakan bagian dasar dalam membangun kampus madani.

2. Mihwar Sya'bi
Membangun basis sosial yang luas dan merata sebagai kekuatan pendukung dakwah (partisipasi).

3. Mihwar Muassasi
Membangun berbagai institusi yang mewadahi pekerjaan-pekerjaan dakwah di seluruh sektor kehidupan dan segenap masyarakat (kontribusi). Pada tahap ini kerja dan usaha yang dilakukan akan semakin kompleks.

4. Mihwar Daulah
Akhirnya dakwah sampai pada institusi tertinggi untuk merealisasikan dakwah secara legal dan kuat.


Aplikasi dalam dakwah kampus: (1) Mihwar Tanzimi = kampus tahap persiapan; (2) Mihwar Sya'bi = tahap 1; (3) Mihwar Muassasi = tahap 2; (4) Mihwar Daulah = tahap 3.

B. Tahapan dakwah kampus

1. Kampus tahap persiapan, fokus aktivitas LDK-nya adalah kaderisasi anggota. Kampus tahap satu ini masi mempersiapkan anggotanya. Masih sangat sedikit kader yang ada di kampus pada tahapan ini.

2. Kampus tahap 1, fokus aktivitas LDK-nya merupakan Syiar Islam. Pada tahapan ini oraganisasi sudah bersifat legal formal.

3. Kampus tahap 2, fokus aktivitas LDK-nya adalah kehumasan atau membangun jaringan, syiasi dan kemasyarakatan.

4. Kampus tahap 3, fokus aktivitas LDK-nya merupakan Amal ilmi (keilmuan), Fanniy (keterampilan).

by: Ustd. Heri Susanto @Taklim DI, Minggu 29 april 2012

Kurang Tidur dan Diabetes

Berhati-hatilah bila Anda tidak memiliki tidur yang cukup. Berdasarkan penelitian Orfeu Buxton dari Rumah Sakit Perempuan Brigham, Boston, AS, kurang tidur bisa menimbulkan risiko diabetes. Dia menyimpulkan hal itu disebabkan ritme biologis tubuh yang terganggu.

Buxton mengamati 21 sukarelawan selama hampir enam minggu. Selama penelitian, sukarelawan tinggal di laboratorium. Pada tiga minggu pertama, partisipan hanya diizinkan tidur sekitar 5,5 jam setiap harinya. Selain waktu tidur, peneliti juga mengamati asupan makanan serta gaya hidup partisipan.

Hasil penelitian yang dipublikasikan lewat jurnal Science Translation Medicine ini menyatakan kadar gula darah para partisipan meningkat setelah makan. Para ahli kesehan gizi percaya waktu yang cukup untuk tidur berkualitas ialah 7-9 jam setiap harinya.

sumber: Media Indonesia. Rabu, 18 April 2012